Paus Fransiskus Mengecam Negara-negara Eropa Terkait Perlakuan Migran Ditengah Krisis
Jakarta - Paus Fransiskus mengecam negara-negara Eropa dalam memperlakukan para migran di tengah krisis. Hal tersebut disampaikan Paus ketika berada di pulau Lesbos, Yunani, sebagaimana dilansir BBC, Minggu (5/12/2021).
Paus
Fransiskus bahkan mengecam negara-negara Eropa tersebut mengedepankan
kepentingan pribadi dan nasionalisme yang sempit dalam memperlakukan
para migran.
Paus pertama kali mengunjungi Lesbos pada 2016. Kala itu, pulau tersebut
adalah titik masuk utama bagi orang-orang yang mencoba sampai ke Eropa.
Sejak saat itu, titik nyala baru telah muncul dan Paus menyatakan
penyesalannya karena hanya sedikit yang berubah.
Bulan lalu, 27 orang tewas ketika perahu karet yang ditumpangi para
migran tenggelam di Selat Inggris. Jumlah orang yang mencoba menyeberang
juga bertambah. Lebih dari 26.000 orang tiba di Inggris sepanjang 2021,
lebih dari dua kali lipat dari total tahun lalu.
Beberapa orang juga tewas karena cuaca dingin saat mencoba menyeberang
ke Polandia dari Belarus. Krisis migran yang terjadi di perbatasan
Polandia dan Belarus mendapat sorotan internasional. Belarus menyangkal
tuduhan yang menyebut bahwa pihaknya sengaja merancang krisis migran di
perbatasannya untuk mengacaukan Uni Eropa.
"Di Eropa ada orang-orang yang bertahan dalam memperlakukan masalah
sebagai masalah yang tidak menjadi perhatian mereka. Ini tragis,"kata
Paus Fransiskus.
"Sejarah mengajarkan kita bahwa kepentingan pribadi dan nasionalisme yang sempit mengarah pada konsekuensi yang menghancurkan,"sambung Paus. Paus berbicara di sebuah kamp sementara yang menampung sekitar 2.000 pencari suaka, yang menggantikan kamp Moria karena mengalami kebakaran tahun lalu.
Paus menambahkan, hanya ada sedikit tanda-tanda dari negara Eropa untuk secara serius mengatasi krisis migran. "Sangat mudah untuk memengaruhi opini publik dengan menanamkan rasa takut pada yang lain,"kata Paus Fransiskus.
"Penyebabnya harus diatasi, bukannya orang miskin yang harus membayar konsekuensinya dan bahkan digunakan untuk propaganda politik,"imbuh Paus.
Komentar
Posting Komentar